Acuan Dasar dalam proses Produksi & Televisi

| Rabu, 04 Maret 2020



TAHAPAN PRODUKSI TELEVISI
Produksi televisi merupakan proses pembuatan acara untuk ditayangkan ditelevisi. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan berbagai peralatan serta dukungan biaya.

Acara televisi tersebut diproduksi oleh stasiun televisi (in house production) atau pihak luar yang biasa disebut sebagai rumah produksi (production house).

A. PRA PRODUKSI

JENIS PROGRAM TELEVISI
1. News, merupakan identitas khusus sebuah stasiun televisi.

a. Hardnews
Berita singkat  Liputan 6 pagi, siang, petang dan malam serta Liputan 6 terkini Metro Pagi, Metro Siang, Metro Hari Ini dan Metro Malam, Buletin Pagi, Buletin Siang, Buletin Malam dan Seputar Indonesia (RCTI), Fokus (Indosiar) dll.

In Depth Reporting.
contoh  : Investigasi di program Reportase Sore.

b. Softnews
Feature News, Sport News, Magazine, Entertainment News, Dokumenter (Documentary Film) dsb.

2. Non Fiksi

a. Talkshow
b Quiz
c. Variety Show
d. Musik Show

3. Fiksi
a. Sinetron, FTV
b. Komedi
- Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya.

- Komedi Slapstic, Cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak vulgar dan kasar.

- Komedi Satire, Cerita lucu yang penuh sindiran tajam.


B. MERANCANG KONSEP PROGRAM

Untuk membuat acara (program) televisi, hal pertama yang harus dilakukan adalah penggalian ide atau gagasan kreatif. Tentunya ide-ide yang akan dilahirkan juga harus mempertimbangkan berbagai hal.

Batasan dalam merancang program

-Hukum
Acara harus dibuat seorsinil mungkin untuk menghindari pelanggaran hal cipta dan mentaati undang undang yang berlaku di Indonesia.

-Kultur
Televisi sebagai media yang mempunyai pengaruh sosiologis yang kuat, tentunya acara-acara yang dihasilkan juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap pembentukan nilai-nilai positif dimasyarakat. Para pembuat program pun juga harus menghormati nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia juga menghindari hal yang dapat menyinggung SARA.


-Pasar (Market)
Untuk acara yang dibuat untuk tujuan bisnis, para pembuat program harus mengenal pasar yang dituju. Kita tidak dapat membuat acara yang bagus menurut sudut pandang subjektif kita sendiri. Kita juga harus melihat dari sudut pandang calon pemirsa yang akan kita bidik. Untuk membidik calon pemirsa, para pembuat acara TV biasanya melakukan pengamatan sendiri atau mempelajari data-data yang dibuat oleh Nielsen Media Research  mengenai calon pemirsa yang dituju untuk kemudian menseleksi pasar potensialnya. Penseleksian pasar potensial dilakukan dengan penggolongan berdasarakan jenis kelamin, umur, status ekonomi dan sebagainya.

-Budget
Jika untuk tujuan profit, besarnya anggaran yang diperlukan untuk mewujudkan suatu ide program harus sebanding dengan kekuatan program tersebut untuk mendapatkan rating yang baik.
  
-Teknis
Sebuah ide kreatif juga harus mempertimbangkan apakah ide tersebut mungkin untuk dieksekusi dengan peralatan, SDM dan waktu yang tersedia. Idealnya seorang pembuat program haruslah mengerti hal teknis karena nantinya dia harus memperkirakan peralatan apa saja yang benar-benar dibutuhkan, berapa jumlah SDM yang akan diturunkan dan membutuhkan waktu berapa lama hingga menyusun anggaran dengan data tersebut. Seorang perancang program yang tidak mengerti teknis, nantinya akan membuat sering terjadi kesalah pahaman dengan para eksekutor karena pada intinya, yang paling harus mengenal program tersebut dan yang paling harus bisa memberikan gambaran sejelas-jelasnya bagaimana program tersebut akan dieksekusi adalah pembuat konsep program itu sendiri. Semakin jelas dan lengkap  dalam memberikan gambaran dan  uraian teknis, semakin kecil tingkat kesalahan dalam pengeksekusiannya.


Proses Kreatif

Membuat Rundown
Rundown merupakan susunan detail program per-segmen yang dibagikan kepada setiap pendukung acara yang memerlukannya, seperti : pengarah acara (program director), pengengoperasi switcher, penata suara (audioman), pengengoperasi VTR, pengambil gambar (cameraman), penata aksara (CG operator), penata cahaya (lightingman) dan sebagainya agar program dapat berjalan sesuai dengan konsep acara dan perkiraan waktu (durasi) yang telah direncanakan. Walaupun demikian, rundown dapat sewaktu-waktu berubah saat pelaksanaan, terutama untuk program yang ditayangkan langsung (Live) tetapi jika ini harus terjadi, sebaiknya dilakukan dengan karena ada sesuatu dilapangan yang menarik sehingga harus dilakukan keputusan dalam waktu singkat  agar program semakin bagus, bukan karena konsep yang tidak matang.


C. STANDARISASI TEKNIS
Tahapan ini merupakan tahapan produksi yang paling banyak melibatkan SDM dengan berbagai keahlian dan peralatan TV Broadcasting. Sebelum kita melakukan pengeksekusian konsep program, kita harus mengenal standarisasi teknis yang berlaku untuk dunia TV Broadcasting, pengetahuan dasar mengenai berbagai peralatan broadcast dan pengoperasiannya.

Kualitas Gambar

1.SDTV (Standard definition television)
Umumnya di Indonesia stasiun TV masih menggunakan perlatan dengan kategori SDTV.
 
2.HDTV (High Definition television)
HDTV merupakan standar yang mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan SDTV, untuk beralih ke High Definition (HD), station TV harus merombak secara total, dari hulu ke hilir semua peralatannya agar tidak percuma karena mengalami penurunan kualitas (Loss).

Format televisi
Di indonesia, standarisasi format video telah ditetapkan pemerintah, dengan menggunakan format PAL. Standarisasi ini tentunya sangat diperlukan karena berkaitan dengan kompatibelitas antar perangkat broadcast serta output video yang dihasilkan.   

PAL NTSC SECAM
Phase Alternating Lite National Television Standard Commite Secam
Frame per second 25 fps 29,97 fps 25 fps
Resolusi 720 x 576 px 720 x 480 px 720 x 480 px
Eropa & Asia Amerika Serikat  & Jepang perancis
Scan lines 625 525 625


Saat ini, diberbagai negara, siaran dengan sinyal digital telah menggantikan siaran dengan sinyal analog sebagaimana yang telah disinggung dalam bahasan “Televisi Dimasa Depan”. 
Amerika Serikat dengan NTSC-nya, sedang mengembangkan ATSC (Advance Television System Committee) untuk siaran digital. 
Indonesia, melalui Tim Nasional sepakat merekomendasikan teknologi Eropa DVB (Digital Video Broadcast) sebagai standar system siaran TV digital. Hanya saja realisasi untuk switch off siaran analognya tidak mungkin untuk dilakukan dalam jangka waktu dekat.

Video Tape dan Kabel koneksi
Didunia televisi, kaset video dan kabel koneksi merupakan jembatan penting dari berbagai perangkat. Mulai dari gambar yang direkam oleh kamera dan disimpan disimpan dalam kaset video atau VTR, proses capture kedalam komputer hingga proses output (print to tape), kita harus mengenali standarisasi yang ditetapkan oleh stasiun TV. Dalam perkembangan teknologi selain kaset video, beberapa perangkat juga telah memakai keping video (CD atau DVD) hingga server sebagai jembatan lalu-lintas antar perangkat.  

Video Tape
Secara sederhana kualitas Video Tape yang layak untuk stasiun TV adalah video tape dengan struktur sampling  (4:2:2), yaitu D-1, D-5, DigiBeta, BetaSX, Digital-S, DVCPRO50, tetapi kenyataan dilapangan masih sering ditemukan pemakaian video tape dengan struktur sampling (4:1:1), yaitu DV & DVCAM, DVCPRO. Secara kasat mata awam, hampir tidak dapat dilihat perbedaan antara keduanya akan tetapi untuk kebutuhan informasi yang padat warna seperti untuk penggunaan greenscreen dan sebagainya akan membuat proses keying menjadi lebih sulit.


D. JENIS PRODUKSI

Produksi Lapangan
a.ENG (Electronic News Gathering) – Produksi Berita Elektronik Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan peralatan yang mudah dibawa (portable) misalnya kamera VCR portable dan 1 mikrofon, dengan crew seorang juru kamera disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai reporter.

EFP (Electronic Field Production) – Produksi Lapangan Elektronik
Sama dengan ENG, hanya jenis program yang diproduksi adalah dokumenter, sinetron (film style)

MCR (Multi Camera Remote)
Produksi Lapangan dengan mempergunakan kamera lebih dari 1, dengan switcher, beberapa monitor, sound audio sistem. Produksi yang direkam adalah sinetron, musik, olah raga, dsb.


Produksi Studio
Live – Program disiarkan secara langsung, tahap produksi merupakan tahap akhir dalam proses. Kebanyakan program-program berita, olah raga, upacara kenegaraan disiarkan secara langsung.
Video Taping – (direkam dalam pita video)

Live on Tape – Produksi berlangsung terus tanpa terhenti, sampai akhir program, editing hanya dalam hal-hal khusus (insert editing).
Direkam per bagian (segment)

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲